Tenun, Laut, dan Harapan dari Donggala: Ketika Ekonomi Kreatif dan Kolaborasi Jadi Titik Temu

pojokDONGGALA | Di ruang pertemuan kantor Bank Indonesia Sulawesi Tengah, langkah seorang perempuan bergaung penuh makna. Ia bukan sekadar tamu, tapi membawa visi baru untuk kabupaten yang kaya sumber daya namun tak sabar ingin bersinar lebih terang: Bupati Donggala terpilih, Vera Elena Laruni.
Didampingi jajarannya, Vera disambut oleh Kepala BI Sulawesi Tengah, Rony Hartawan, dalam sebuah audiensi yang jauh dari formalitas kaku. Sebaliknya, suasana cair, penuh tekad, dan dibalut semangat sinergi. Keduanya duduk bersama membicarakan apa yang bisa dilakukan—bukan hanya apa yang telah ada.
Salah satu sorotan utama adalah Tenun Donggala—warisan budaya yang kini mulai bersuara lantang di tingkat nasional bahkan internasional. Dari pelatihan intensif di Palembang hingga penampilan gemilang di ajang Center Stage Asia’s Fashion Spotlight 2024 di Hong Kong, kain etnik bermotif Bomba Buya Subi, yang melambangkan cinta suci dan semangat pemersatu, kini kian diperhitungkan.
“Kami tidak hanya bicara soal kain. Kami bicara soal identitas, pemberdayaan, dan ekonomi yang tumbuh dari tangan perempuan-perempuan Donggala,” ujar Rony Hartawan.
Bank Indonesia menyampaikan bahwa sebanyak enam kelompok penenun dari Donggala telah mengikuti pelatihan khusus penggunaan ATBM Jacquard, teknik pewarnaan alami, serta pengembangan motif inovatif, bekerja sama dengan Nirmala Songket dan akademisi Universitas Tadulako. Langkah ini diharapkan memperkuat posisi Donggala sebagai sentra wastra berdaya saing global.
Yang membanggakan, dalam forum dunia seperti World Water Forum ke-10 di Bali, bahkan Elon Musk pun mengenakan Tenun Donggala bermotif Bomba. Bagi masyarakat lokal, itu bukan sekadar pengakuan; itu adalah cerita yang bisa menginspirasi generasi baru untuk melestarikan dan mengangkat kearifan lokal.
Namun, pertemuan ini bukan hanya tentang tenun. Ada diskusi hangat mengenai pariwisata Boneoge, potensi laut yang belum sepenuhnya tergarap, dan bagaimana Pokdarwis bisa menjadi ujung tombak promosi wisata berbasis kearifan lokal.
Bupati Vera pun tegas menyatakan dukungannya terhadap penguatan sarana-prasarana pariwisata serta perubahan mindset kebersihan masyarakat sebagai syarat mutlak daya tarik wisata.
Tak lupa, penguatan PAD juga menjadi pembahasan penting. BI mengusulkan agar Pemkab Donggala mendorong kemandirian Perusda, BUMD, dan BUMDes agar lebih profesional dan bisa menjadi off-taker bagi pelaku UMKM—sejalan dengan visi Vera dalam mengembangkan program One District, One Product.
“Kami ingin membangun ekosistem ekonomi lokal yang berakar kuat tapi bercita rasa global,” ujar Vera Elena.
Pertemuan ini akhirnya tak hanya menjadi audiensi biasa. Ia menjadi langkah konkret menuju kolaborasi jangka panjang—di mana Bank Indonesia dan Pemkab Donggala berjalan beriringan, membangun Donggala yang tidak sekadar kaya potensi, tetapi tahu cara mengelola dan membaginya dengan dunia.
Karena dari tenun tradisional hingga pantai Boneoge, Donggala menyimpan banyak kisah—dan setiap langkah kerja sama adalah cara untuk menjadikannya nyata. (bmz)