Donggala dan Moderasi Beragama, Merajut Kerukunan di Tengah Keberagaman

pojokDONGGALA | Di tengah dinamika sosial yang semakin kompleks, Kabupaten Donggala menegaskan komitmennya dalam menjaga kerukunan umat beragama. Di bawah kepemimpinan Bupati Vera Elena Laruni, pemerintah daerah tidak hanya sekadar mendorong toleransi, tetapi berupaya membangun ekosistem sosial yang lebih inklusif.
Dalam pertemuannya bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah, Rabu (11/6/2025), Bupati Vera menyatakan bahwa moderasi beragama menjadi bagian penting dari strategi membangun masyarakat yang harmonis.
“Program ini sangat baik dan akan terus kami laksanakan. Pemerintah daerah sangat mendukung upaya meningkatkan kerukunan di Kabupaten Donggala,” ungkapnya.
Salah satu langkah nyata yang telah dilakukan adalah pembentukan desa sadar kerukunan, sebagai upaya konkret untuk menciptakan lingkungan yang saling menghormati tanpa memandang perbedaan. Program ini terus berkembang, memperluas cakupannya ke berbagai wilayah lain di Donggala.
Ketua FKUB Sulawesi Tengah, Prof. Zainal Abidin, melihat pencapaian ini sebagai langkah maju bagi Donggala untuk menjadi daerah percontohan dalam membangun toleransi beragama.
“FKUB terus bersinergi dan berupaya menjaga serta memperkuat kerukunan. Ini adalah kerja bersama, dan Donggala bisa menjadi contoh bagi daerah lain,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris FKUB Sulteng, Muh. Munif Godal, menekankan bahwa upaya menjaga kerukunan juga harus menyentuh generasi muda.
Dalam tiga tahun terakhir, pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada tokoh lintas agama serta ratusan pelajar tingkat SMA. Bahkan, FKUB Sulteng berkolaborasi dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Sulteng untuk mengedukasi siswa tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, sekaligus mendorong stop bullying di lingkungan sekolah.
“Kami turun langsung ke sekolah hingga perbatasan Donggala dan Tolitoli, untuk memberi pemahaman bahwa menghormati perbedaan adalah kunci membangun kehidupan sosial yang sehat,” tutupnya.
Melalui berbagai langkah ini, Donggala tidak hanya berbicara soal toleransi, tetapi juga menciptakan mekanisme perlindungan terhadap keberagaman.
Program moderasi beragama ini tidak sekadar seremonial, tetapi menjadi bagian dari pembangunan sosial yang berkelanjutan, di mana setiap individu memiliki ruang aman untuk hidup berdampingan. (bmz)