Pencarian di Sungai Mamara: Perjuangan 24 Jam Menyelamatkan Taharudin

pojokDONGGALA | Hujan deras mengguyur Desa Lumbumamara, Kabupaten Donggala, Senin (7/7) sore. Di tengah derasnya air yang turun dari langit, seorang pria berusia 61 tahun bernama Taharudin nekat menyeberangi Sungai Mamara. Tujuannya sederhana: mengambil sapi miliknya yang berada di seberang sungai.
Namun, perjalanan yang seharusnya rutin itu berubah menjadi mimpi buruk. Taharudin tak pernah kembali ke rumah.
Ketika Senja Menjadi Gelap
Pukul 17.00 WITA, Taharudin terakhir kali terlihat melangkah menuju Sungai Mamara. Bagi penduduk Dusun I Desa Lumbumamara, pemandangan peternak yang menyeberangi sungai untuk mengurus ternaknya bukanlah hal yang aneh. Taharudin pun sudah berkali-kali melakukan rutinitas yang sama.
Tapi hari itu berbeda. Cuaca yang buruk membuat arus sungai lebih deras dari biasanya. Air cokelat keruh mengalir dengan kecepatan yang mengkhawatirkan, namun Taharudin tetap melangkah. Itulah keputusan terakhir yang ia buat.
Pukul 23.00 WITA, keluarga mulai cemas. Taharudin tak kunjung pulang. Dalam keheningan malam yang dingin, warga mulai bergerak. Mereka menyusuri jalur yang biasa dilalui Taharudin, menerangi kegelapan dengan senter seadanya.
“Kami cari di sepanjang jalur yang biasa dilewati Pak Taharudin, tapi tidak ada tanda-tanda,” kenang salah satu warga yang ikut dalam pencarian spontan itu.

Panggilan Darurat
Ketika pencarian mandiri tidak membuahkan hasil, Rahman dari BPBD Kabupaten Donggala menerima laporan yang membuatnya segera mengangkat telepon. Di ujung sana, Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu siap bergerak.
Muh. Rizal, S.H., Kepala KPP Palu, tak membuang waktu. Empat personel tim rescue segera disiagakan dengan peralatan lengkap. Perjalanan 54 kilometer dengan estimasi 1,5 jam harus ditempuh untuk mencapai koordinat 0°49’40.48″S – 119°43’51.70″E.
“Hari ini kami kembali menerima informasi perihal kondisi yang membahayakan jiwa manusia, yakni seorang warga yang diduga terseret arus sungai di Desa Lumbumamara, Kabupaten Donggala,” ujar Rizal dengan nada serius.
Tantangan di Medan Pencarian
Selasa (8/7) pagi, tim SAR gabungan mulai bergerak. Mereka terdiri dari Tim Rescue KPP Palu, BPBD Kabupaten Donggala, Polsek Banawa Selatan, Babinsa Desa Lumbumamara, aparat desa, keluarga korban, dan masyarakat setempat.
Tapi alam seperti tidak berpihak. Hujan ringan masih turun, angin berkecepatan 3 km/jam bertiup dari barat ke timur, dan yang paling menantang: arus sungai yang masih deras. Kondisi geografis yang sulit membuat setiap langkah tim SAR penuh perhitungan.
Peralatan SAR air (palsar) dan kendaraan operasional dikerahkan. Mata mereka menyisir setiap sudut, berharap menemukan tanda-tanda keberadaan Taharudin.
Penemuan yang Menyedihkan

Pukul 16.30 WITA, hampir 24 jam setelah Taharudin hilang, pencarian berakhir dengan cara yang tak diinginkan siapa pun. Tim SAR menemukan jenazah Taharudin terdampar di pesisir pantai Desa Lembasada, 8 kilometer dari lokasi kejadian awal.
Koordinat 0°47’37″S – 119°38’12″E menjadi saksi bisu berakhirnya pencarian. Arifuddin, S.E., M.A.P., Koordinator Lapangan KPP Palu, menyampaikan dengan suara berat: “Hari ini tim SAR gabungan berhasil menemukan satu orang korban yang terseret arus di Sungai Mamara dalam kondisi meninggal dunia.”
Perjalanan Terakhir
Ambulans kemudian membawa jenazah Taharudin dalam perjalanan terakhirnya menuju rumah duka di Desa Lumbumamara. Keluarga yang telah menunggu dengan cemas akhirnya harus menerima kenyataan pahit.
Sapi yang hendak diambil Taharudin masih ada di seberang sungai. Hewan ternak yang menjadi alasan perjalanan fatal itu kini terlihat tidak berarti dibandingkan dengan kehilangan seorang kepala keluarga.
Pelajaran dari Sungai Mamara
Kisah Taharudin menjadi pengingat betapa tidak terduganya alam. Keputusan untuk menyeberangi sungai saat hujan deras – yang mungkin telah dilakukan berkali-kali sebelumnya – kali ini berakhir tragis.
Bagi tim SAR, ini adalah operasi yang menguji ketangguhan dan profesionalisme. Meski berakhir dengan duka, dedikasi mereka dalam pencarian selama 24 jam menunjukkan komitmen untuk tidak pernah menyerah dalam menyelamatkan nyawa.
“Dengan ditemukannya korban, seluruh unsur SAR dikembalikan ke kesatuannya masing-masing,” kata Arifuddin, menandai berakhirnya operasi pencarian yang memakan waktu satu hari penuh.
Sungai Mamara kembali mengalir seperti biasa, tapi bagi keluarga Taharudin dan warga Desa Lumbumamara, hari itu akan selalu dikenang sebagai hari ketika alam mengambil salah satu dari mereka. (bmz)